Transisi Menuju Peradaban Tipe I

Dzikri Faizziyan
3 min readJan 31, 2023

--

Dalam sandiwara karya Anton Chekhov, Three Sisters, pada babak 2 Kolonel Vershinin menyatakan,

“Dalam satu atau dua abad, atau dalam satu milenium ke depan, manusia akan hidup dengan cara baru, cara yang lebih bahagia. Kita tidak akan ada untuk menyaksikannya tapi itulah alasannya kita hidup, itulah alasannya kita bekerja. Itulah alasannya kita menderita. Kita sedang membuatnya. Itulah maksud eksistensi kita. Satu-satunya kebahagiaan yang bisa kita ketahui adalah bekerja menuju tujuan tersebut.”

Secara pribadi, bukannya depresi oleh keluasan alam semesta, akan tetapi tergairahkan oleh ide tentang dunia-dunia yang sama sekali baru yang
eksis di sebelah dunia kita. Kita hidup di sebuah abad di mana kita baru memulai eksplorasi kosmos dengan satelit dan teleskop antariksa kita, teori dan persamaan kita.

Kita merasa istimewa hidup di masa ketika dunia kita sedang menjalani langkah sedemikian heroik. Kita hidup untuk menyaksikan transisi yang barangkali terbesar dalam sejarah manusia, transisi menuju peradaban tipe I, barangkali transisi paling penting tapi juga berbahaya dalam sejarah manusia.

Di masa lalu, leluhur kita hidup dalam dunia yang kejam tak kenal ampun. Menurut kebanyakan sejarah manusia, orang-orang menjalani hidup singkat dan kasar, dengan harapan hidup rata-rata sekitar 20 tahun. Mereka hidup dalam ancaman penyakit yang terus-menerus, dalam kekuasaan ‘takdir’. Pengujian atas tulang-belulang leluhur kita mengungkap bahwa mereka luar biasa kelelahan, bukti bahwa mereka mengangkut muatan dan beban berat setiap hari; mereka juga memuat petunjuk tanda-tanda penyakit dan kejadian mengerikan. Bahkan seabad yang lalu, kakek moyang kita hidup tanpa manfaat sanitasi modern, antibiotik, pesawat jet, komputer, ponsel, atau keajaiban elektronik lainnya. Namun, cicit kita akan hidup dalam fajar peradaban planeter pertama Bumi. Jika kita tidak membiarkan insting brutal kita dalam merusak diri menghabiskan kita, cicit kita dapat hidup di zaman di mana kebutuhan, kelaparan, dan penyakit tak lagi menghantui nasib kita. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kita mempunyai cara untuk merusak semua kehidupan di Bumi ataupun merealisasikan surga di planet ini.

Ketika saat anak-anak, mungkin pernah selintas terpikirkan tentang seperti apa rasanya hidup di masa depan. Hari ini, saya percaya bahwa seandainya saya bisa memilih untuk hidup di era kemanusiaan tertentu, saya akan memilih yang satu ini. Kita sekarang sedang berada di masa paling menggairahkan dalam sejarah manusia, puncak beberapa penemuan kosmik dan kemajuan teknologi terhebat sepanjang masa.

Kita sedang membuat transisi bersejarah dari [kedudukan] sebagai pengamat pasif tarian alam menjadi koreografer tarian alam, dengan kemampuan untuk memanipulasi kehidupan, materi dan keberakalan.

Namun bersama kekuatan mengagumkan ini teriring pula tanggungjawab besar, yaitu memastikan bahwa buah usaha kita dipakai secara bijak dan untuk kepentingan umat manusia. Generasi yang sekarang hidup barangkali merupakan generasi manusia terpenting yang pernah berjalan di muka Bumi. Tak seperti generasi terdahulu, tangan kita menggenggam nasib masa depan spesies kita, apakah kita menjulang tinggi memenuhi janji kita sebagai peradaban tipe I atau jatuh ke dalam jurang chaos, polusi, dan peperangan. Keputusan yang kita buat akan berkumandang di sepanjang abad ini. Cara kita menyelesaikan perang global, proliferasi senjata nuklir, dan perselisihan sektarian dan etnis akan meletakkan atau menghancurkan fondasi peradaban tipe I. Mungkin maksud dan makna generasi sekarang adalah untuk memastikan bahwa transisi menuju peradaban tipe I dilakukan secara halus.

Ini pilihan kita. Ini adalah warisan generasi yang kini hidup.

Reference:
Parallel Worlds Book by Michio Kaku

--

--

Dzikri Faizziyan
Dzikri Faizziyan

Written by Dzikri Faizziyan

The cosmos is within us. We are made of star-stuff. We are a way for the universe to know itself.